Senin, 06 Juni 2011

CHU~ part 1

Anyeonghaseooooooooo~

Hai, balik lagi bersama saya author gaje yang gak tau caranya bikin anak  (?). gatau ini cerita nyangkutnya kemana. Author juga bingung. hmm selamat membaca.. ^^

Author: Ilma Eriana
Title: CHU~ PART I
Genre: fanfic terjelek sepanjang sejarah
Language: campuran
Guest: Chinen Yuuri, Ikuta Toma, Kei Inoo
Cast: liat aja dibawah ini.

-The author as Ikuta Ryouna, Ryo-chan
-Rukia Kuchiki as Kairi Kagamine
-Michiko Izza as Michi, Mi-chan
-Chinen Yuuri as Chinen Yuuri, Yuu-chan
-Ikuta Toma as Ikuta Toma
-Kei Inoo as Kei Inoo, Kei oppa




CHU~
PART 1







Ryo’s POV*

            Bel tanda masuk kelas sudah berbunyi. Para siswa dan siswi masuk ke kelasnya masing-masing. Lain halnya denganku. Aku selalu datang disaat bel sudah berbunyi. Rasanya malas sekali jika harus datang pagi-pagi ke sekolah. Hanya akan membuang-buang waktu saja untuk mengobrolkan hal yang tidak penting.
           “Ryo-chan!” panggil guru piket yang setiap pagi memarahiku.
            “nani?” jawabku dengan enggan karena setiap hari aku harus selalu berurusan dengannya. Tentu saja karena masalah yang sering kubuat dengan menjahili anak-anak perempuan disekolah.
            “Ryo-chan! Apa kau yang menyentuh dada Sakura waktu itu?!” tanya guru wanita berkacamata bening itu.
            “ya, memang kenapa?!” jawabku tanpa mengelak sedikitpun.
            “kau ini kan laki-laki Ryo-chan!” bentak Sakura padaku.
            “memang kenapa kalau aku laki-laki?”

-Introducing-
          Namaku Ikuta Ryouna. Juga anak perempuan yang menyamar sebagai laki-laki karena ya begitulah. Tapi bukan itu saja, aku juga ingin menemukan kakakku yang kabur dari rumah dua tahun yang lalu. Orang tuaku sangat sedih ketika anak laki-laki satu-satunya kabur dan entah dimana keberadaannya. Maka dari itu, aku merubah namaku menjadi Ikuta Ryo agar terlihat lebih meyakinkan.
-introducing end-

          “Ryo-chan?!” teriak Yuki sensei kepadaku.
          “baiklah baiklah, apa yang kalian inginkan dariku?!” balasku tak ingin berlama-lama mendengar ocehan dari dua makhluk menyebalkan itu.
           “cepat minta maaf ke Sakura!” perintah nona Yuki.
           “ne, Sakura. Aku minta maaf” akupun terpaksa membungkukan tubuhku pada mereka berdua. Biarlah, dari pada harus mendengar kicauan mereka yang sangat berisik itu, lebih baik jika aku mengalah dan meminta maaf pada mereka.
           “baik. Kalau begitu. Kalian kembali ke kelas masing-masing” ucap Yuki sensei kepada kami berdua—aku dan Sakura.
Firasatku buruk. Tiba-tiba saja, Sakura mendekatiku dan berkata “Ryo-chan, apa aku boleh meminta alamat e-mail mu?”.
Sakura meraih tanganku dan memasang wajah kawaii nya padaku. Iiuh..
           “e? hehe. Sepertinya aku belum menyelesaikan tugas kimia-ku. Aku pergi dulu ya..” aku langsung tancap gas melarikan diri dari Sakura yang hampir menyandarkan kepalanya dibahuku. Kasihan. Sepertinya ia kecewa dengan hal itu.
……………


Dikelas..

           “ohayou minna~ apa kalian siap mengikuti pelajaran hari ini?” senyum yang indah terpancar dari wajah cantik nona Shin. Senyum yang sangat disukai para murid di Tokyou gakuen. Jujur, aku juga sangat menyukainya. Senyum yang tulus dan bisa membuat hati menjadi tenang. Sungguh pemandangan yang tak terlupakan.
           “ne, kami siap” jawab para murid secara serempak dan terlihat bahagia.
           “terima kasih semua. Tapi sebelum itu, sensei mau memperkenalkan murid baru terlebih dahulu” ucap sensei masih dengan senyumannya.
            Murid baru? Siapa dia? Apakah dia seorang wanita atau pria? Atau dua-duanya? Ah, aku tidak perduli. Asalkan dia tidak menggangguku, aku sudah sangat bersyukur.
            “ayo masuk,” ajak sensei kepada murid baru itu.
            Akhirnya iapun masuk ke kelas kami. Rupanya dia seorang laki-laki. Tapi wajahnya tidak membuatku yakin kalau dia adalah seorang namja. Penilaian pertamaku untuknya adalah: dia cantik, bertubuh kecil—tapi lebih tinggi sedikit dariku, dan bergigi seperti kelinci.
           “ohayou minna, namaku Chinen Yuuri. Aku pindahan dari sekolah sma di Australia,..” kata anak itu memperkenalkan dirinya.
           Huft, membosankan. Pasti setelah ini dia akan duduk didepanku—di kursi yang kosong yang berada tepat didepanku. Aku lebih suka duduk dibelakang dari pada didepan. Menurut pendapatku, jika duduk dibelakang, kau bisa melakukan apapun yang kau mau. Kalau didepan, kau tidak akan bisa sebebas duduk dibelakang.
          “Chinen, kau akan duduk didepan Ryo-chan. Ryo-chan?!” panggil Shin sensei kepadaku.
          “ne, sensei” sahutku sambil mengangkat tangan kananku. Benarkan, dia akan duduk didepanku. Benar-benar hari yang menyebalkan.
          “sekarang kau boleh duduk”
          “ne, arigato Shin sensei” balas laki-laki itu dan langsung mengampiri kursinya.
          “baiklah. Sekarang buka buku catatan kalian”

```````````````````````
           Bel istirahatpun berbunyi. Situasi yang sangat tepat untuk merebahkan semua otot-ototku yang kaku karena terlalu lama duduk dan belajar. Akupun memutuskan untuk pergi ke atap sekolah untuk menghirup udara segar disana.
          “ehm, Ryo-chan..” panggil seseorang dari belakangku.
          Akupun menoleh dan mendapati ‘anak baru itu’ sedang berlari mengejarku. Aku tak tau apa yang sedang ia lakukan. Tapi aku iba melihatnya yang berusaha mengejarku, dan akupun mengentikan langkahku.
            “Ryo-chan, huh.. akhirnya kau berhenti juga” ucapnya kepadaku.
            “ada apa?” balasku singkat.
            “maukah kau mengantarku mengelilingi sekolah ini?” tanyanya dengan wajah tanpa dosa.
            “nani? Tidak tidak. Aku tidak mau” ujarku dengan juteknya.
            “ayolah. Demi aku..” balasnya dengan ekspresi yang membuatku mual.
            “heh! Memang siapa dirimu, bisa menyuruhku seenaknya” akupun memarahinya dan hampir ingin memukulnya. Tapi kuurungkan niatku menyadari Shin sensei sudah ada tepat dibelakang anak baru itu.
            “ada apa ini?” tanya Shin sensei penasaran.
            “un,” aku tidak bisa berkata apapun. Aku sangat malu karena kepergok akan memukul anak baru itu. Lebih malu karena Shin sensei yang memergoki. Huh =_= *gak nyambung*
            “euh, tidak ada apa-apa sensei. Aku hanya meminta Ryo-chan untuk menemaniku berkeliling di sekolah ini” jelas anak itu kepada Shin sensei.
            “oh, kalau begitu. Ryo-chan! Sensei minta tolong untuk menemani Yuu-chan ya. Karena sensei sangat sibuk, jadi tidak bisa menemaninya. Sekali lagi, sensei minta tolong ya,” pinta sensei kepadaku.
            Aku hanya mengangguk dengan terpaksa. Jika bukan Shin sensei yang menyuruhku. Aku tidak mau harus berurusan dengan anak baru itu.
           “wah Ryo-chan, sensei sangat berterima kasih. Dan sensei juga minta tolong untuk menjaga adik kesayangan sensei yang cantik ini”
           “nee-chan! Jangan panggil aku cantik lagi!” bentak anak baru itu kepada sensei. Yang ternyata adalah kakaknya.
           “iya..iya.. Ryo-chan, dan Yuu-chan. sensei pergi dulu ya, sampai jumpa. Jangan lupa dengan kata-kata sensei”
           “ne,” ucapku yang hampir bersamaan dengan anak baru yang menyebalkan itu.
           “Ryo-chan, kita mulai dari mana?” tanyanya dengan wajah kegirangan.
           “what-e-ver” kataku mengabaikan ucapannya. Dan langsung berjalan menaiki tangga menuju atap.
           “eh? Kau mau kemana? Tunggu aku..” teriaknya padaku.
           Aku malas menghiraukannya. Dan aku tidak mau menghentikan langkahku hanya demi adik Shin sensei itu.
           “Ryo-chan! Tunggu aku..” ucapnya yang sudah berhasil menarik lenganku hingga aku hampir jatuh—tapi ia berhasil menangkapku hingga aku jatuh kepelukannya. Iuh,
           Aku mendengar detak jantungnya begitu berdebar kencang saat kami berpelukan. Akupun melepaskan pelukannya dengan paksa.
          “gomena” ucapnya lirih dengan wajahnya yang memerah.
           Lagi-lagi, aku tidak menghiraukannya. Tiba-tiba bel tanda memasuki jam pelajaran berbunyi. Dan aku sangat kesal karena tidak jadi ke atap karena anak menyebalkan itu. Tapi pikiran licikku menyuruhku untuk membolos pada jam pelajaran itu. Haha, sepertinya menyenangkan.
          “Ryo-chan. kau tidak kembali ke kelas?” tanya anak baru itu yang masih berdiri dihadapanku dengan penuh percaya diri.
         “tidak. Hari ini aku sangat malas belajar. Kau saja yang kembali ke kelas!” perintahku kepadanya.
         “tidak. Kau tidak boleh bolos. Nanti sensei marah!!” sepertinya anak itu mencoba mencegahku untuk tidak membolos. Tapi, bodo amat ah, toh aku ini yang bolos.
         “aku tidak perduli dengan sensei. Yang jelas aku mau ke atap dulu :P ” ucapku sambil berlari menuju atap sekolah.
         “sensei! Ada anak yang mau membolos!!” teriaknya sangat lantang hingga aku harus turun kembali untuk membungkam mulut si anak baru itu.
        “Yuu-chan! Apa yang kau lakukan?!” tanyaku sambil membekap mulutnya dengan tanganku.
        “mmmm….mmmm…” kata-kata yang aneh keluar dari mulutnya.
        “apa? Aku tidak mengerti!!” ucapku sangat bodoh karena tidak mengerti maksudnya.
        “mmmm..mmmm..mm” ucapnya sambil menunjuk-nunjuk tanganku yang sedang membungkamnya.
        “eh? Gomen” akupun langsung melepaskan bungkamanku padanya. Dan hanya bisa tersenyum miris didepannya.
        “apa kau yakin akan membolos?? Kalau ya, aku akan mengadukannya pada sensei” ketusnya bermaksud mengancamku.
        “jangan! Kumohon!” aku menepukan kedua tanganku dan terpaksa memohon-mohon pada anak menyebalkan itu.
        “ada syaratnya..” ucap lelaki bergigi kelinci itu dengan ketusnya.
        “apa-apa?” tanyaku sangat bersemangat.
        “kau harus….” Ia mulai membisikan ide-ide gila’nya itu ke telingaku.
        “bagaimana..?” tanyanya disertai senyum iblis yang terukir dibibirnya.
        Aku mengalah dan mengangguk. “baiklah jika itu yang kau mau. Aku tidak bisa berbuat apa-apa”
        “YAY! Sankyuu Ryo-chan!” ucapnya kegirangan. sedangkan aku, seperti orang yang baru tertimpa masalah yang sangat berat dan sulit untuk diselesaikan.
~~~~~~~~~~~~~~~


Yuuri POV*

                        Aku terus memandanginya. Apa aku menyukainya? Tidak mungkin. Dia kan laki-laki. Aku tidak boleh menyukainya. Apa kata kakakku nanti kalau aku menyukai seorang laki-laki? Tapi, sepertinya dia anak yang baik.
            “apa?” tanyanya begitu sinis hingga aku mengalihkan pandanganku terhadapnya.
“ti-tidak,” jawabku sangat gugup.
            “kalau dilihat-lihat, kau seperti anak perempuan” kata-kata yang baru saja terlontar dari mulutku ini sepertinya akan membuat dia marah besar. Tapi aku suka melihatnya marah-marah. Sangat kawaii..
            “apa? Anak perempuan? Heh! Dengar ya, kalau menurutku, dirimulah yang seperti anak perempuan :p” balasnya penuh dengan emosi.
            “ne, aku memang seperti anak perempuan,” ucapku sangat senang karena setelah sekian lama aku telah menantikan ia berbicara padaku.
            Dia hanya melihatku dengan tatapan kesal. Ekspresi wajahnya sulit untuk dilupakan.
----------------------

Ryo-chan~~

            Aku bingung dengannya. Kenapa setiap kali memarahinya, ia malah tersenyum kepadaku. Ckckck. Benar-benar aneh.
            Apa ini? Ia mendekat. Apa yang mau ia lakukan?
BUGG
            Aku langsung memukulnya hingga ia tersungkur ke lantai. Yay, pukulanku tepat sasaran. Hahaha..
            “itai Ryo-chan,” ucapnya sambil mengelus-elus pipinya yang tadi kupukul.
            “hehe. Sakit ya? Ka-si-han,” balasku dengan bahasa yang mendadak gahol.

JEGRREKK

            Suara tutupan pintu itu membuatku kaget. Rupanya Mi-chan baru saja datang dan langsung menghampiri kami berdua.
            “siapa dia?” tanya Mi-chan basa-basi sambil memasang wajah cool-nya. Mi-chan adalah sahabatku yang mengetahui segalanya tentang diriku. Bisa dibilang, ia adalah sahabat sekaligus pengganti kakakku. Ia juga tau, kalau sebenarnya aku adalah seorang perempuan. Tapi, karena kebaikan hatinya *huekk* ia masih mau menjaga rahasia itu sampai saat ini.
            “korbanmu lagi?” ucapnya sambil mencengkram wajah Yuu-chan yang madesu itu.
            Korban? Ya. Bisa dibilang begitu. Walaupun sebenarnya aku adalah seorang perempuan, aku paling tidak disukai oleh laki-laki manapun kecuali oleh Kei oppa. Kakak kelasku yang manis dan baik hati. Tapi sayangnya, aku sedang menyamar sebagai pria dan tidak bisa mendekatinya.
            “nee-chan. Hentikan! Kau bisa menyakitinya!” ucapku sambil mencoba melepaskan tangan michi—mi-chan—yang sedari tadi mencengkram wajah Yuuri.
            “hei, Ryo-chan! Apa kau menyukainya?!” tanya Mi-chan begitu tiba-tiba dan membuatku mual dengan tatapannya yang sok manis itu.
            “tentu saja tidak. Aku tidak mungkin menyukainya. Kau ingat kan kalau aku hanya menyukai K..” aku tidak jadi meneruskan ucapanku karena sepertinya Yuu-chan sedang menguping pembicaraanku. Dan mulai tersenyum gaje. Iuh.. “bagaimana keadaannya?” tanyaku mengalihkan pembicaraan juga mengalihkan pandanganku terhadap Yuuri yang sedang nyengir-nyengir itu.
            “seperti biasa. Banyak siswi yang masih mengejar-ngejarnya. Terutama Kairi” jawabnya yag masih sangat membuatku penasaran.
            “uh, gadis itu belum berubah. Lalu, apa kau sudah berhasil menemukan informasi tentang kakakku?” tanyaku mulai serius.
            “belum. Tapi aku berhasil menemukan informasi tentang temannya. Namanya Eugene, dan sepertinya dia mengetahui dimana kakakmu” jawab nee-chan padaku.
            “hei! Sebenarnya kalian sedang membicarakan apa?” tanya Yuu-chan mulai ikut-ikutan.
            “diam kau!” ucapku hampir bersamaan dengan Mi-chan.
            “baiklah” balas Yuu-chan lemas.
            “sudahlah. Aku mau kembali ke kelas. Sepertinya bel sudah mau berbunyi. Kau tidak kembali ke kelasmu?” kata Mi-chan sembari meregangkan otot-ototnya.
            “nanti saja. Aku masih ingin lebih lama disini.” Jawabku lesu.
            “dengan si bodoh ini?” tanya Mi-chan sambil meremas—lebih tepatnya menjambak—rambut Yuu-chan.
            “aww…ampun nee-chan,” ujar Yuu-chan merintih kesakitan.
            “Mi-chan! Jangan ganggu dia. Nanti aku tidak enak pada Shin sensei kalau sampai terjadi apa-apa dengan bocah ini” balasku sambil menarik Yuu dari cengkraman Mi-chan.
           “haha. Benarkan kau menyukainya” celoteh Mi-chan menggodaku.
           “Mi-chan hentikan!” bentakku sangat kasar.
           “hahaha” Mi-chan tertawa cekikikan dan akhirnya meninggalkan kami berdua.
           “uh, terima kasih Ryo-chan, kau sudah menolongku” ujar Yuuri pelan.
           Aku pura-pura tidak mendengarnya dan meninggalkannya disana. Aku berjalan menuju ke kelas dan tanpa sengaja bertemu dengan Shin sensei yang sedang berbicara dengan Kei oppa. Oh, sungguh moment yang tak terlupakan.
           “oh, Ryo-chan. Mana Yuuri?” tanya sensei kepadaku.
           “eh? Hehe..aku..” belum sempat aku menyelesaikan kalimatku Yuu-chan sudah ada tepat disampingku.
           “ada apa nee-chan? Aku disini.” Kata Yuu sambil mengusap-usap lehernya.
Huft, untung saja dia cepat datang. Kalau tidak, bisa turun karismaku  dimata sensei dan Kei oppa.
:::::::::::::::::::::::::::::::::::
            Bel pulang sekolahpun berbunyi. Tidak terasa anak baru itu sudah berada selama seminggu dikelasku. Senang sekali, karena ia sudah mempunyai benyak teman dan tidak menggangguku lagi. Menyenangkan bukan? Tapi sepertinya hari ini aku akan bertemu dengannya kembali karena ada kegiatan yang mengharuskan seluruh siswa dikelas untuk datang dan membantu di acara kegiatan tersebut.
            “Ryo-chan!” panggil orang yang tidak diharapkan untuk datang pada saat ini.
             “un,kau mau apa?” tanyaku begitu ketus dan menakutkan.
            “itu…aku mau…”
            “Ryo-chan! Ikut aku!”lagi-lagi Mi-chan memotong pembicaraan kami dan itu membuatku sangat senang. Kali ini ia bukan hanya memotong pembicaraan kami. Tapi, ia juga menarik sebelah tanganku dan mengajakku ke suatu tempat.
            “Ryo-chan tunggu” ucap Yuu-chan sambil menarik sebelah tanganku. Nahlo, jadi tarik-tarikkan kan. Aduh..
            “ah, kau ini!” ucap Mi-chan disertai pukulan hebat diwajah Yuuri hingga ia jatuh.
            “aww..” teriak Yuu-chan kesakitan.
            “eh?” celotehku bingung harus memilih yang mana. Yuuri atau Michi? Sudahlah Michi saja. Nanti setelah urusanku dengan Michi selesai, baru aku akan kembali menemui Yuuri. Betul tidak? Ihh, ditanya diem aja.

Di aula yang sepi..

            “ada apa Mi-chan?” tanyaku begitu penasaran.
            “ini” kata Mi-chan sambil memberikan secarik kertas padaku.
            “apa ini?” tanyaku dengan wajah penuh tanya.
            “ini nomor telpon kakakmu. Aku mendapatkannya dari temannya, Eugene” jelas Mi-chan padaku.
            “nani? Benarkah? Terima kasih nee-chan!” balasku disertai senyum yang mengembang dan masih tidak percaya hal ini akan terjadi.
            “sama-sama. Semoga kau bisa bertemu lagi ya dengan kakakmu” sahut Mi-chan sambil mengelus-elus rambutku.
            “ne. sekali lagi terima kasih Mi-chan” aku membungkukan sebagai tanda berterima kasih dan bersyukur akhirnya aku bisa mengakhiri semuanya dan pindah.
            “ya. Tapi maaf, aku tidak bisa menemanimu sekarang. Aku harus menjenguk temanku yang sedang sakit” balas Mi-chan sedikit lemas.
            “oh. Ya, aku tau. Semoga temanmu cepat sembuh ya nee-chan” ujarku yang sebenarnya, hehe, tidak perduli dengan temannya nee-chan itu.
            “baiklah, aku pergi dulu.sampaikan salamku pada nii-chanmu ya. Jhaaaa~” ucap nee-chan sambil melambaikan tangannya padaku.
            Aku mengangguk dan membalas lambaian tangan nee-chan. “hati-hati ya nee-chan!”
            “tentu~” balas nee-chan terlihat sangat bahagia.
------------------
            Mana ponselku?
Aku merogoh saku baju dan celanaku. Tapi tetap tidak ketemu. “kemana ya?” ucapku mulai stress karena barang yang kucari itu hilang entah kemana.
            “ini,”  ucap Yuu-chan sambil menyodorkan ponsel yang sedari tadi kucari-cari itu.
            “arigato Yuu-chan” aku langsung merebut ponsel itu dari genggamannya dan mengambil secarik kertas yang tadi kusimpan disaku bajuku.
            Kenapa hatiku berdebar begitu kencang. Apa mungkin, karena akan segera berbicara dengan manusia kurang ajar yang sudah lama tak kujumpai itu. Tapi walaupun begitu. Aku tetap menyayanginya. Nii-chan! I LOVE YOU FOREVER (?)
            Aku menarik nafas dan mencoba mengatur detak jantungku agar kembali seperti semula. Ku tekan keypad ponselku sesuai dengan nomor yang diberikan oleh Mi-chan.
            “moshi moshi…”
            Terdengar suara lembut yang sangat kurindukan. Ya. Dia memang nii-chanku. Suaranya khasnya membuatku makin percaya kalau dia memang kakakku.
            “moshi moshi.. dengan siapa ini? hei tolong jawab aku..”
            Aku tidak berani menjawabnya. Maka dari itu, aku langsung menutup telponku. Memang tindakan yang paling bodoh yang pernah kulakukan. Tapi, setelah mendengar suaranya saja aku bisa lebih tenang sedikit. Kusimpulkan bahwa kakakku itu baik-baik saja dan sudah pasti, ia masih hidup! Hahahaha..
******************
Toma’s POV*

           “siapa yang menelpon?” tanya Eugene padaku.
           “aku juga tidak tau, begitu kutanya untuk yang kedua kalinya, ia malah menutup ponselnya.” Jawabku bingung dengan si penelpon tadi.
           “mungkinkah..”
           “mungkinkah apa?” tanyaku mulai curiga pada Eugene.
           “mungkin wanita itu yang menelponmu..” jawab Eugene.
           “wanita? Siapa?” tanyaku lagi makin penasaran.
           “aku tidak tau. Dia bilang, dia minta nomormu untuk diberikan kepada temannya..” jawab Eugene yang sangat membuatku kesal dan penasaran.
           “seperti apa ciri-cirinya?”
           “rambutnya hitam, ya lumayan panjang lah. Tubuhnya kurus dan yang kutahu di masih sma” jelas Eugene.
           “mungkinkah gadis itu…”




~~TO BE CONTINUED~~

Dimohon kritik dan sarannya.
Maafkan saya hanya mampu membuat yang seperti ini.

Gomawo udah baca ^^




by: Ilma onnie

0 komentar:

Posting Komentar

 
 

© Hey Say Jump ! Copyright by Miss Rinda

Layout by Aurora24 | It's Gonna Crazy